Bekasi Macet, Dishub: Kapasitas Jalan dan Kendaraan Tak Sebanding

Menurut Johan, jumlah kendaraan di Kota Bekasi mencapai 1,5 juta unit, terdiri dari 1,2 juta kendaraan roda dua dan 300 ribu kendaraan roda empat. Sedangkan data dari Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Bekasi lebih besar, yaitu 1.613.317...

Administrator

5 Years Ago

Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Johan Budi Gunawan, mengatakan Bekasi macet disebabkan oleh kapasitas jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan.

Menurut Johan, jumlah kendaraan di Kota Bekasi mencapai 1,5 juta unit, terdiri dari 1,2 juta kendaraan roda dua dan 300 ribu kendaraan roda empat. Sedangkan data dari Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Bekasi lebih besar, yaitu 1.613.317 unit, dengan perbandingan 75 persen kendaraan roda dua, dan 25 persen kendaraan roda empat.

"Kapasitas jalan salah satu sebab dari beberapa penyebab yang kami identifikasi," kata Johan kepada Tempo, Jumat, 22 Februari 2019. Dengan ratio jumlah kendaraan sebanyak itu, kata dia, dibutuhkan jalan arteri sebagai jalur utama sepanjang 3.300 kilometer.

Hitungannya, kata dia, besaran kendaraan dikalikan dengan jumlah kendaraan. Adapun jalan arteri di Kota Bekasi baru ada 1.500 kilometer. "Belum lagi ditambah dengan kendaran yang masuk atau melintas di kota Bekasi. Hal itu berdampak dengan pola perjalanan ke DKI menjadi sangat tinggi," ujar Johan.

Sejumlah jalan di Kota Bekasi, kata dia, padat mulai pukul 05.00 atau selepas salat Subuh. Ia mencontohkan, jalan dari wilayah Bekasi Utara menggunakan Jalan Perjuangan-Summarecon-Jalan Ahmad Yani-Gerbang Tol Bekasi Barat.

Selain itu, ada jalan baru underpass akses warga dari Bekasi Timur dan Tambun Utara menuju jalan tol Bekasi Timur dan Tol Bekasi Barat. Ada juga kepadatan dari Jalan Pahlawan-Jalan Joyomartono menuju jalan tol Bekasi Timur.

Sementara itu, pengguna jalan menggunakan sepeda motor akses utamanya adalah Jalur Kalimalang atau Jalan KH. Noer Alie serta Jalan I Gusti Ngurah Rai menuju ke Jakarta. “Tapi, paling banyak aktivitas warga Kota Bekasi menuju ke Kabupaten Bekasi yang bekerja di kawasan industri.,” ujar Johan

Johan mengakui, persimpangan di Kota Bekasi cukup tinggi, yakni sebanyak 52 titik, sehingga membuat laju kendaraan menjadi tersendat. Selain itu, aksesbilitas mengakibatkan pola perjalan yang tidak efektif, dan gangguan jalan berlubang, parkir liar, genangan, hingga pedagang kaki lima, dan proyek strategis nasional.

"Sebab lainnya, indisipliner dan etika berkendara serta pembiaran," kata dia. Johan mengatakan, beberapa langkah tengah disiapkan. Misalnya, persoalan kapasitas jalan, pemerintah pusat melalui proyek strategis nasional sedang menggarap Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) koridor Kalimalang-Ahmad Yani sampai Jalan Agus Salim.

Pembangunan Jalan Tol Jatiasih-Setu, JORR 2 dari Cibubur-Cileungsi-Setu-Babelan sampai ruas JORR 1 di daerah Cakung, Tol Cimanggis-Cibitung, Jalan Baru ruas Bekasi Raya (Jalan Pejuang-Kaliabang-Cikarang), dan pelebaran Jalan Siliwangi, serta pembangunan jalur busway Setu-Siliwangi-Tol Bekasi.

Adapun peningkatan kapasitas jalan di dalam kota, kata dia, harus ada peningkatan fungsi dan kapasitas jalan arteri primer seperti Jalan Hankam dan lainnya. Adapun untuk jalan sekunder arteri sekunder poros Jalan KH Noer Alie, sedangkan poros utara Jalan Pengasinan, Mustikasari, dan lainnya.

Selain peningkatan, Bekasi macet bisa diurai dengan pembangunan poros barat-timur (Rawalumbu-Jatiasih) dan utara-selatan (Tambun-Sumur Batu).

  Back